Laman

Jumat, 20 Februari 2015

Aeronautical Chart dan Perannya di Dunia Penerbangan

Berawal dari perjalanan pulang kampung juli 2013. Saat itu saya memilih terbang dengan penerbangan komersial untuk pulang ke Jambi. Selain cepat biaya yang dihabiskan juga tidak jauh berbeda dengan perjalanan darat karena saya saat itu menggunakan pesawat Low Cost Carrier (LCC) berlogo singa.

Perjalanan udara dari Yogyakarta ke Jambi harus dilakukan dalam 2 kali flight. Yang pertama Yogyakarta(JOG)-Jakarta(CGK) melalui jarak sekitar 551 km dengan durasi penerbangan kurang lebih 50 menit. Lalu transit dilanjutkan perjalanan Jakarta(CGK)-Jambi(DJB) selama kurang lebih 1 jam 20 menit menempuh jarak 600 km. Cukup lama untuk duduk diam di pesawat LCC yang jarak antar seat nya sempit dan tidak ada Audio-Video on Demand di Pesawat. Kebanyakan waktu di pesawat saya habiskan dengan membaca, melihat pemandangan di luar ataupun berpikir melamun.

Dari situlah saya terpikir untuk membuat tulisan di blog ini, dari lamunan saya di pesawat mungkin yang terkesan lugu dan awam sekali. Di tengah langit yang luas ini yang tidak selalu cerah kadang hanya ada awan gelap kok pesawat bisa menemukan bandara yang berada nun jauh di bawah sana. Ilmu apa yang dimiliki pilot sehingga bisa mendaratkan si burung besi dengan aman dan selamat di bandara tujuan.

Jawabannya saya temukan di internet, sebagai anak geodesi kita patut berbangga karena pilot bisa mengetahui semua komponen itu dari peta, ternyata dunia penerbangan juga telah berpikir secara Geospasial. Peta yang dimaksud bukan peta dunia sebagaimana yang ada di atlas-atlas ataupun peta topografi digital yang dibuat sebagai tugas akhir mata kuliah Survey Digital di Semester III. Apalagi peta seperti kartun dora di televeisi bukan peta seperti itu. Peta yang digunakan untuk navigasi di dunia penerbangan adalah aeronautical chart.

Aeronautical map adalah peta yang didesain untuk membantu navigasi dari pesawat. dengan menggunakan chart ini dan peralatan lain, pilot dapat menentukan posisi mereka, ketinggian yang aman dan jalur terbaik untuk sampai ke bandara tujuan, bandara terdekat saat keadaan darurat dan juga batas wilayah udara serta frekuensi radion ATC.

Aeronautical Map terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan skalanya yaitu :
1. World Aeronautical Charts (WACs) yang punya skala 1: 1.000.000 dan mengkover wilayah yang luas.

2. Sectional charts, dengan cover area 340 x 340 miles dan punya skala 1:500.000

3. VFR Terminal Area Charts yang di desain untuk skala dan coverage area seluas bandara besar (1:250.000)

Bisa dibayangkan pilot tanpa aeronautical map bagaikan hidup tanpa cinta pesawat yang kehilangan arah dan tujuan. Sekarang terjawab lah sudah kenapa pesawat di udara tidak tersesat di langit yang luas, kita cukup berfikir secara geospatial maka permasalahan tersebut dapat dijawab.

Your Sky is so big but my plane is so small

Salam Geodesi keep think geospatially



Muhammad Ghaly Kurniawan

sumber :
en[dot]wikipedia[dot]org/wiki/Aeronautical_chart




1 komentar:

  1. Maaf Kak Mau tanya, untuk Aeronautical Map lembaga yang produksi apa ya? Teeima kasih.

    BalasHapus